Tidak
sedikit orang yang berteriak bahwa MLM atau multi level marketing adalah sebuah
skema yang berakhir pada penipuan. Alhasil, MLM sering dicap sama dengan
penipuan. Bahkan bisa sama juga investasi dicap sama dengan penipuan. Ini
menyebabkan banyak orang menghindari segala hal berbau investasi dan MLM.
Meski
demikian, perlu saya jelaskan bahwa keduanya (MLM dan investasi) tidak dapat
disamakan. Bila Anda bertanya mengenai investasi yang menjurus ke penipuan maka
bisa membaca pada artikel-artikel saya di Kompas.com.
Namun pada kali ini saya
tergelitik untuk kembali membahas sedikit mengenai multi level marketing.
Akibat banyaknya penipuan yang mengatasnamakan MLM, metode ini mendapat cap
yang buruk dimata masyarakat. MLM adalah sebuah metode penjualan berjenjang.
Misalnya, saya memiliki sebuah produk sikat gigi, penjualan normal sikat gigi
adalah saya jual dan Anda beli, bila Anda beli maka saya dapat keuntungan.
Apa
jadinya bila Anda ingin menjual sikat gigi yang Anda beli dari saya? Jelas
harus dijual lebih mahal dari pembelian Anda atau Anda bisa meminta diskon agar
bisa tetap mendapat keuntungan dengan menjual dengan harga penjualan pertama,
betul?
Namun bagaimana bila seperti ini: Anda membeli sikat gigi dari saya,
saya menginformasikan bahwa dengan Anda menjualnya kembali kepada orang lain
Anda akan mendapatkan keuntungan, bukan diberikan oleh saya, tapi oleh
perusahaan pembuat sikat gigi? Dan ketika Anda menjual produk, bukan hanya Anda
yang mendapat keuntungan, tapi juga saya yang telah mengenalkan Anda dengan
produk sikat gigi tersebut.
Itulah sebuah skema dasar dari penjualan berjenjang
atau bertingkat, yakni pada setiap produk yang Anda beli atau jual sebenarnya
sudah diperhitungkan keuntungan bagi penjualnya, hingga orang yang memberikan
referensi. Bahkan keuntungan bukan hanya dari yang memberikan referensi kepada
Anda, tapi orang yang memberikan referensi kepada rekan Anda yang mengenalkan
produk kepada Anda, boleh dikatakan bila Anda anak, maka yang mengenalkan
kepada Anda adalah ayah, maka yang mengenalkan produk kepada rekan Anda (si
ayah) adalah kakek.
Ketika Anda (anak) menjual produk, maka baik ‘ayah’ dan
‘kakek’ juga mendapatkan keuntungan. Dan tentunya ketika orang lain Anda
tawarkan untuk menjual di situlah Anda menjadi ‘ayah’. Dalam multi level
marketing dikenal dengan jaringan atau level kedalaman. Lalu apa hubungannya
dengan penipuan? Karena seperti yang telah saya tuliskan, bahwa perusahaan
memang telah memperhitungkan keuntungannya dalam sikat gigi yang Anda jual,
tentunya keuntungan dibagi-bagi tidak ada masalah dong?
Dengan metode MLM,
sebenarnya perusahaan bukannya memboroskan uang dengan membagi-bagi keuntungan
kepada para penjualnya, melainkan bisa menghemat biaya distribusi dan pemasaran
(biaya iklan) karena biaya tersebut adalah biaya yang mahal dalam sebuah
industri perdagangan.
Masalah pertama dari MLM gadungan adalah mereka tidak
pernah menjalankan bisnis multilevel tapi hanya menebar janji-janji akan
mendapatkan keuntungan. Setidaknya bila Anda ingin menekuni sebuah penawaran
MLM ada beberapa tips singkat:
1. Apakah perusahaan memiliki SIUPL atau Surat
Ijin Usaha Penjualan Langsung? Bukan SIUP (Surat ijin Usaha Perdagangan) dan
TDP (Tanda Daftar Perusahaan)! Banyak orang tidak mengetahui bahwa membuat
sebuah perusahaan MLM perlu memiliki SIUPL, dan perhatikan juga bahwa SIUPL
menempel pada sebuah produk, bisa saja dalam sebuah perusahaan memiliki produk
A dan B, lalu yang telah diberikan izin SIUPL adalah produk A, sehingga dengan
menjual A dan B secara MLM sebenarnya produk B dapat dikatakan ilegal.
2.
Apakah ada produknya? Sebuah bisnis MLM tentunya perlu memiliki produk.
Produknya bisa apapun dengan penjualan berbasis MLM seperti buku, komputer,
sabun, dan lain sebagainya. Bila tidak ada produknya, maka perlu dipertanyakan
lebih detail karena hingga saat ini penerbitan SIUPL bagi jasa yang di-MLM-kan
masih belum jelas, perlu ditanyakan kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM.go.id). Jangan terburu nafsu ikut menjual! Karena ingat, ketika Anda
menjual produk MLM Anda sedang “menjual diri” Anda kepada orang yang
ditawarkan, bila produk tersebut bermasalah maka Anda juga bisa menjadi
tersangka karena ikut menawarkan!
3. Berhitung dari mana keuntungan perusahaan.
Meskipun Anda tidak berniat membuat sebuah produk saingan, coba perhitungkan
dari mana keuntungan perusahaan MLM dapat dihasilkan? Pada umumnya produk MLM
lebih mahal dibandingkan produk sejenis. Selain itu, bila perusahaan ini
berhenti melakukan rekrutmen penjual baru (anggota), apakah masih bisa
bertahan? Lalu pelajarilah kelemahan-kelamahan dari sistem MLM yang pastinya
Anda bisa pelajari di dunia maya yang begitu banyak informasinya. Misalnya,
bagaimana pembayaran maksimum dari sebuah keuntungan dan lainnya karena sebuah
sistem tidak akan ada yang sempurna. Tidak sedikit perusahaan MLM merugi karena
dimanfaatkan kelemahan atau celah perhitungan anggotanya.
Semoga setiap orang
di Indonesia lebih cermat dalam melakukan justifikasi pada setiap skema bisnis
dan investasi agar negara kita menjadi lebih baik di kemudian hari.
Apakah myway punya SIUPL? Website resmi nya apa? Apakah sudh menjadi anggota APLI?
ReplyDeleteSya tanya ini ko mulek aja jawabnya padahal sy dah member klo Ndak ada barang kita di tarik dikira ilegal apa Ndak bahaya .Xiii
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete